Pengembangan Model Revitalisasi Seni Batik Klasik Melalui Interpretasi sebagai Upaya untuk Melestarikan Warisan Budaya dan Mendukung Pengembangan Pariwisata di Surakarta.

Kata kunci: revitalisasi, seni batik klasik, warisan budaya, nilai filosofis.

Sariyatun; Sugiarti, Rara; Subiyantoro, Slamet*)
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Penelitian, Dikti, Hibah Bersaing, 2006.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu model revitalisasi seni Batik Klasik melalui interpretasi sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya dan mendukung pengembangan pariwisata di Surakarta. Sasaran jangka pendek yang hendak dicapai adalah memberikan pendampingan yang bersifat motivatif-alternatif dengan upaya menginterpretasi nilai-nilai filosofis batik sebagai upaya melestarikan batik sebagai warisan budaya dan memberdayakan batik sebagai pendukung pariwisata, khususnya pariwisata budaya.
Dengan demikian hasil penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada berbagai pihak terkait (stakeholder) pariwisata termasuk swasta, masyarakat setempat, wisatawan, dan pemerintah khususnya dalam memberikan sumbangan yang berharga bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Interpretasi terhadap nilai filosofis batik memiliki kekuatan dalam rangka mengantisipasi pergeseran minat wisatawan yang cenderung meninggalkan bentuk-bentuk wisata konvensional dan mencari orisinalitas pengalaman baru di daerah wisata.
Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian dilakukan dengan Research and Development selama dua tahapan dalam waktu dua tahun. Pada tahun ke-1 dilakukan penelitian eksploratif dengan tujuan (1) mengeksplorasi jenis-jenis dan corak ragam bias batik klasik di Surakarta; (2) menggali makna filosofis yang terkandung dalam corak ragam bias batik klasik di Surakarta; (3) mengeksplorasi pemahaman masyarakat Surakarta terhadap makna filosofis corak ragam batik klasik; (4) mengeksplorasi sejauh mana interpretasi batik klasik telah dilakukan untuk mendukung upaya pelestarian warisan budaya serta sekaligus mendukung upaya pengembangan pariwisata di Surakarta; (5). menyusun model tentatif tentang revitalisasi seni batik klasik melalui interpretasi sebagai upaya untuk melestarikan  warisan  budaya dan  mendukung  pengembangan  pariwisata di Surakarta.
Pada tahun ke-2 menyusun model tentang revitalisasi seni batik klasik melalui interpretasi sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya dan mendukung pengembangan pariwisata di Surakarta. Uji coba model pengembangan model revitalisasi seni batik klasik melalui interpretasi, serta menyusun panduan model, mengevaluasi, merevisi, dan menyempurnakan model serta mensosialisasikan model pengembangan revitalisasi seni batik klasik melalui interpretasi batik dalam upaya melestarikan warisan budaya serta mengembangkan pariwisata di Surakarta. Langkah -langkah sosialisasi atau desiminasi selanjutnya dapat dilakukan: pertama, secara langsung yakni (a) Internal yakni melalui pemandu wisata (guide ), pengrajin batik, pedagang dan sebagainya; (b) Eksternal: Diknas dan masyarakat luas. Kedua, secara tidak langsung melalui media massa, internet, leaflet, dan Journal.
Penelitian dilaksanakan di Surakarta dengan pertimbangan Surakarta sebagai daerah pusat pembatikan yang dikenal dengan batik Vorstenlanden ( Kraton). Batik Surakarta terkenal keindahannya secara visual dan secara tersurat motif batik Surakarta mengandung nilai filosofis yang tinggi yang dapat menjadi daya tarik pariwisata.
Metode tahun pertama ini selain dilakukan dengan penelitian eksploratif, yang dilakukan secara langsung di lapangan. Penelitian penjelajahan (eksploratif) dimaksudkan untuk mengungkap kedalaman mengenai keberadaan seni batik dengan nilai-nilai yang tersirat maupun yang tersurat di dalamnya.
Sumber data yang dikaji pada tahun pertama adalah informan, tempat dan peristiwa serta arsip dan dokumen yang ada. Informan yang akan diminta keterangan meliputi para abdi dalem keraton, kolektor batik, pengamat seni batik tradisi, pengrajin batik, dan Dinas Pariwisata Surakarta. Sumber tempat dan peristiwa yang digunakan sebagai fokus observasi meliputi beberapa tempat seperti: keraton, museum, toko suvenir batik, tempat pembuatan batik, tempat pameran peristiwa budaya (cultural event). Sumber lain yang dikaji adalah dokumentasi ataupun arsip-arsip yang terkait. Untuk menelusuri dokumen/arsip, baik yang berupa artefak maupun tulisan dan gambar visual akan dilakukan di berbagai instansi daerah setempat (Diknas, Dinas Pariwisata, Dinas Kepurbakalaan), dan melalui kajian pustaka di beberapa perpustakaan seperti di Pure Mangkunegaran, perpustakaan Keraton Kasunanan, perpustakaan Radyapustaka maupun perpustakaan Sonobudaya dan STSI Surakarta.
Untuk menggali data dari berbagai sumber di atas dilakukan dengan (1) wawancara mendalam, (2) pengamatan langsung dan (3) analisis isi data-data dokumen/arsip. Jalannya wawancara mendalam dilakukan secara terbuka dan bebas, tidak terstruktur tetapi terfokus pada masalah yang diteliti. Proses wawancara juga direncanakan di setiap tempat, kapan saja secara luwes dengan menempatkan informan sebagai orang yang paling memahami mengenai masalah yang dipertanyakan. Untuk membantu pengumpulan data hasil wawancara dilengkapi alat perekam suara. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi sekecil-kecilnya informasi yang tidak terjangkau. Dengan demikian data hasil informasi dapat terjaring secara lengkap.
Sedangkan untuk merekam situasi dan peristiwa serta tempat selama proses pengamatan, digunakan teknik catatan lapangan (field work) maupun alat pemotret serta alat perekam audio visual. Dengan demikian hasil rekaman dapat dijadikan sebagai bahan pendukung dalam analisis data hasil wawancara .
Untuk data-data yang berupa dokumen serta arsip, maupun hasil studi pustaka dalam penelitian ini digunakan sebagai data pelengkap, setelah berbagai materi diseleksi dan dianalisis isinya. Dengan teknik seperti ini informasi serta data tentang batik dengan segala aspeknya, dapat dihimpun untuk kemudian diidentifikasi, dikembangkan dan dijabarkan dalam deskripsi yang menyeluruh (lengkap).
Untuk meningkatkan tingkat ketidakpercayaan data dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain: peerdebriefing, yaitu diskusi dengan beberapa personal (seni batik tradisi, pariwisata, budayawan, dan abdi dalem keraton) yang setara pengetahuannya dengan tim peneliti (Penulis). Hal ini dimaksudkan untuk mempertajam, dan untuk koreksi maupun untuk memperoleh masukan-masukan serta kritikan-kritikan, sehingga data hasil informasi benar-benar telah teruji kebenarannya. Teknik triangulasi sumber juga dilakukan sebagai cara mempertinggi kebenaran data, yakni dengan mengecek data dari beberapa sumber macam unsur utama, yaitu Bumi, Geni, Banyu, Angin. Dari dasar unsur-unsur ini manusia berkembang secara jasmaniah dan rohaniah dengan segala kemungkinnan baik buruknya dan tinggi rendahnya martabatnya. Sido Luhur: Sido (Bahasa Jawa) artinya dadi berarti jadi atau menjadi atau terus menerus menjadi. Luhur artinya mulia. Motif ini melambangkan kemuliaan dan keluhuran budi pekerti.
Ketiga, Pemahaman masyarakat Surakarta terhadap motif dan makna filosofis batik klasik tergolong rendah. Kebanyakan responden juga tidak bisa menyebutkan motif dan makna filosofis batik klasik lainnya yang mungkin sudah dikenal sebelumnya.. Dengan hasil tersebut menunjukan bahwa masyarakat Surakarta sekarang ini apreasiasinya terhadap batik klasik rendah. Untuk itu perlu diusahakan adanya revitalisasi seni batik klasik. Usaha tersebut dilakukan antara lain dengan : (1) Menumbuhkembangkan kepedulian masyarakat terhadap eksistensi batik klasik.; (2) dilakukan sosialisasi jenis motif dan makna motif batik klasik Surakarta melalui institusi pendidikan, Work Shop, pameran dan promosi batik, (3) mengidentifikasi jenis-jenis motif dan makna batik klasik,( 4) Melakukan interpretasi terhadap makna motif batik dalam rangka sosialisasi nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam motif dan ragam hias batik klasik
Keempat Interpretasi yang telah dilakukan untuk mendukung upaya pelestarian batik klasik sebagai warisan budaya serta mendukung upaya pengembangan pariwisata di Surakarta masih sangat terbatas.
Fasilitas interpretasi batik klasik di Surakarta masih sangat terbatas dan belum dilakukan secar maksimal. Dinas Pariwisata sudah mengembangkan dari segi media cetak. Pamflet ,dari setiap home industy kemudian disosialisasikan di bandara, hotel dan sebagainya dan jika ada promosi di luar negeri disebarluaskan. Interpretasi melalui media cetak belum begitu efektif, karena pada dasarnya yang berperan penting adalah servis dan promosi. Salah satu usaha revitalisasi batik klasik dilakukan melalui pemberian penjelasan atau interpretasi terhadap motif dan makna filosofis batik klasik. Pihak-pihak yang paling bertanggung jawab dalam hal ini adalah Dinas pariwisata, travel agent, guide, art shop, Batik gallery, hotel dan restoran, pemkot Surakarta terutama dalam membantu pengadaan dana. Semuanya harus berkesinambungan.
Kelima. Berdasarkan hasil penelitian eksplorasi dirumuskan draf rancangan model yang masih bersifat tentatif revitalisasi seni batik klasik melalui interpretasi sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya dan mendukung pengembangan pariwisata di Surakarta ( Revitalisasi Berbasis Interpretasi/ RBI) .
Hasil penelitian pada tahun ke-1 ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai elemen pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata termasuk swasta, masyarakat setempat, wisatawan dan pemerintah khususnya Pemerintah Kota Surakarta. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan berharga bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dan interpretasi melalui berbagai produk wisata minat khusus ke obyek-obyek wisata di Kota Surakarta yang memiliki warisan budaya berupa potensi batik dalam rangka mengantisipasi pergeseran minat wisatawan yang cenderung meninggalkan bentuk-bentuk wisata konvensional dan mencari orisinalitas dan pengalaman baru di daerah tujuan wisata termasuk daya tarik wisata yang unik dan daya tarik wisata yang memiliki latar belakang budaya. Memberi sumbangan berharga bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat melalui berbagai produk wisata minat khusus ke obyek-obyek wisata batik dalam rangka memberikan manfaat dalam bentuk multiplier effect sehingga mampu memberikan pendapatan tambahan (additional income) kepada masyarakat, khususnya yang bertempat tinggal di sekitar obyek wisata di Kota Surakarta. Menjadi acuan untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat lokal dalam merencanakan, melaksanakan, dan memanfaatkan pembangunan pariwisata secara optimal. Memberikan wacana kepada pihak swasta khususnya biro perjalanan wisata yang berkaitan dengan pengemasan dan pendiverisifikasian produk wisata dengan menyajikan produk wisata berbasis kerajinan batik.