Pengembangan Model Revitalisasi Seni Pertunjukan Tradisi Sebagai Upaya Mengkokohkan Ketahanan Budaya Lokal Serta Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Sekitarnya Melalui Program Pariwisata Budaya (Studi Kasus Seni Tradisi Wayang Wong di Surakarta).

Kata kunci: wayang wong, revitalisasi, ketahanan budaya, pariwisata budaya.

Subiyantoro, Slamet; Markamah; Kristiani; G. N.U., Fawarti*)
Fakultas KIP UNS, Penelitian, Dikti, Hibah Bersaing Lanjutan, 2006.
Sektor pariwisata di Kodya Surakarta merupakan andalan sumber pendapatan potensial, mengingat kekayaan budaya sangat melimpah. Namun demikian, kontribusi sektor pariwisata masih belum merupakan unggulan. Upaya mewujudkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan ekonomi yang lebih tinggi, telah ditempuh dengan berbagai cara, seperti mensukseskan program Indonesia Visit Year 1990, Asean Visit Year 1991, Sapta Pesona dan menyambut tahun 1998 sebagai tahun Seni-Budaya, dan Bengawan Solo Fair (BSF) dari tahun 1999 – 2002. Tetapi, hasil yang dicapai masih belum seperti yang diharapkan.
Kenyataan tersebut disebabkan karena potensi budaya yang ada, terutama salah satunya adalah seni pertunjukan wayang wong, belum diberdayakan fungsinya secara maksimal sebagai paket tontonan eksotik bagi wisatawan. Fungsi seni pertunjukan wayang wong meskipun sudah dipertunjukkan secara komersial, akan tetapi belum dipadukan dengan program paket pariwisata budaya. Padahal keunikan pertunjukan seni wayang wong tersebut, merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Seni pertunjukkan wayang wong juga menjadi aset budaya, dan sekaligus sebagai simbol serta identitas kota Surakarta. Karena nilai historis seni wayang wong tidak dapat dilepaskan dari Keraton yang juga menjadi salah satu sentral kebudayaan Jawa. Sayangnya jenis seni yang potensial ini keberadaannya semakin terjepit oleh kehadiran seni populer, karenanya berangsur-angsur ditinggalkan penggemarnya. Oleh karena itu perlunya seni pertunjukan wayang wong direvitalisasi, dan bahkan diberdayakan untuk pengembangan pariwisata budaya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan suatu model revitalisasi seni pertunjukan wayang wong. Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian dilakukan dengan Research and Development selama tiga tahapan dalam waktu tiga tahun. Penelitian pada tahun ketiga ini dilakukan serangkaian kegiatan yang difokuskan untuk menyusun model revitalisasi seni pertunjukan wayang wong yang bisa mengokohkan ketahanan budaya lokal serta bisa meningkatkan ekonomi masyarakat sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:
1.  Pertunjukan wayang wong yang telah digarap sebagai bentuk revitalisasi mampu meningkatkan ekonomi para pelaku kesenian dan masyarakat sekitarnya serta bagi Pemerintah daerah setempat. Pertunjukan wayang wong yang telah digarap sebagai salah satu model revitalisasi ternyata mampu memperkuat ketahanan budaya lokal seperti tercermin pada tingkat jumlah penonton yang menyaksikan sebagai pendukung kesenian tersebut di satu sisi. Disisi lain respon penonton sangat positif terhadap eksistensi wayang wong tersebut sebagai atraksi budaya yang dibanggakan sebagai ikon Solo yang sekaligus sebagai sentral pewarisan budaya Jawa secara historis
2.   Ketahanan budaya juga tercermin dengan komitmen serta antusiasme perserta lomba festival wayang orang yang berasal dari sanggar-sanggar dimana pelakunya adalah anak-anak (bocah) yang masih aktif di sekolah, baik di Sekolah Dasar maupun Sekolah Lanjutan. Para kelompok di sanggar itulah regenerasi kesenian tradisi wayang wong yang adaptif dengan masa kini yang kontekstual telah membuktikan bahwa budaya lokal adalah tidak statis namun demikian dinamis.
3.   Modul panduan untuk revitalisasi seni tradisional merupakan sarana yang efektif dalam mengembangkan dan sekaligus melestarikan berbagai jenis kesenian tradisional yang lain. Modul ini juga sangat relevan dalam upaya meningkatkan ekonomi para pelaku kesenian tersebut melalui program kegiatan pariwisata budaya.