Introduksi Perontok dan Pengupas Kedelai di Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri.

Kata kunci : Kedelai, sistem TOT, alat perontok dan pengupas kedelai.

Parnanto, Nur Her Riyadi; Anam, Choirul; Kawiji; Ariviani, Setyaningrum *)
LPPM UNS, Pengabdian, Dikti, Vucer Luaran Sibermas, 2007.

Desa Pagutan Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya kering dan sawah yang ada merupakan sawah tadah hujan, sehingga setelah musim tanam padi diteruskan dengan penanaman tanaman semusim lainnya seperti kedelai dan jagung. Penanaman kedelai biasanya dilakukan dengan sistem TOT (Tanpa Olah Tanah).
Selama ini hasil panen kedelai setelah dijemur dengan sinar matahari, kemudian dilakukan perontokan. Proses perontokan kedelai  dikerjakan secara manual, yaitu dengan memukul-mukulkan ikatan atau menumbuk kedelai yang masih menempel pada pohonnya. Jika musim raya panen kedelai tiba akan menimbulkan kelelahan pada petani. Dampak kelelahan mengakibatkan hasil berupa kualitas maupun kuantitas tidak stabil serta banyak biji yang cacat.
Salah satu alternatif mengurangi kerugian petani yang diakibatkan karena penanganan yang kurang baik sehingga banyak biji yang hilang atau cacat maka pada program sibermas ini dikenalkan pada patani alat perontok dan penampi biji kedelai, dengan harapan kualitas dan kuantitas kedelai yang dihasilkan dapat meningkat sehingga berbagai bahan pangan dengan bahan baku kedelai dapat tercukupi. Keuntungan dari alat perontok dan penampi kedelai ini antara lain 1. Tenaga manusia menjadi lebih ringan, 2 waktu proses perontokan dan penampi lebih cepat, 3. mengurangi biji pecah dan cacat, 4. keuntungan ekonomis meningkat. Dengan perancangan secara sederhana dan  bahan/ komponen alat yang terjangkau, masyarakat setempat  dapat menggandakan sendiri sehingga proses alih teknologi dapat tercapai.