Model Pengembangan Arboretum Sebagai Alternatif Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Perdesaan Melalui Lingkungan yang Berkelanjutan.

Kata kunci: Arboretum, DAS.

Handayani, Sri*)
Fakultas Pertanian UNS, Penelitian, Dikti, Hibah Bersaing, 2006.
Penelitian ini dilakukan karena keprihatinan peneliti melihat semakin meningkatnya kerusakan lingkungan yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kepedulian masyarakat terhadap pelestarian lingkungan yang berpengaruh terhadap kelestarian alam (tanah, air dan tumbuhan), khususnya pada DAS. Kerusakan lingkungan yang semakin parah perlu segera mendapatkan penanganan yang intensif dari berbagai pihak secara terpadu, namun hal tersebut belum dilakukan secara optimal.
Dengan demikian perlu segera dilakukan pengelolaan DAS yang tepat dan efektif yaitu dengan pengembangan arboretum yang dikembangkan sebagai fasilitas pendidikan dan penelitian botani (plant sciences) sekaligus rekreasi alam (Botanical Gardens & Natural Habitat), sehingga pengembangan arboretum tersebut memiliki nilai tambah disamping fungsi utamanya adalah pelestarian lingkungan termasuk tanah, air dan vegetasi aneka tanaman untuk mencegah terjadinya pengikisan erosi.
Penelitian ini menggunakan beberapa metode, diantaranya pengamatan lapangan, wawancara mendalam, focus group discussion serta metode simak. Analisa data menggunakan interaktif. Lokasi penelitian yang menunjang adalah kawasan Kahyangan, Dukuh Dlepih, Desa Banyakprodo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Karakter kawasan berkontur dengan panorama alam berupa pegunungan Trebis yang dibelah oleh Sungai Kayangan yang merupakan anak Sungai Tirtomoyo dan bermuara di Waduk Gajahmungkur Wonogiri.
Tujuan utama penelitian adalah merumuskan model pengembangan arboretum sebagai alternatif pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan. Hal ini dicapai melalui 3 tahap, tahap awal (tahun 1) mengkaji karakter fisik kawasan dengan mengutamakan karakteristik lokal, serta kajian sosial mapping masyarakat sekitar. Tahun ke 2 ekplorasi masyarakat perdesaan dengan peluang dan kendalanya yang dikaitkan dengan hasil tahun pertama untuk dirumuskan ke dalam draft model pengembangan arboretum. Tahun III, melaksanakan sosialisasi dan kordinasi rumusan model pengembangan arboretum secara terpadu kepada kepada instansi terkait.
Dari hasil kajian lapangan dapat disimpulkan bahwa sebetulnya kawasan Kahyangan sudah berkarakter sebagai kawasan arboretum. Dalam pengembangan arboretum, secara spasial makro, lokasi settingnya sesuai dengan karakter potensi kawasan lokal, berada di dataran tinggi berhawa sejuk berdampingan dengan DAS, memiliki koleksi tanaman yang sesuai dengan kondisi iklim dan topografi wilayahnya, serta terdapat beberapa jenis tanaman, khususnya tanaman keras. Sedangkan secara spasial mikro peruangan, masing-masing fasilitas yang tersedia harus disesuaikan dengan karakter kegiatan yang diwadahi di dalamnya Secara umum pembagian zona dalam kawasan berdasarkan fungsi dan fasilitas yang disediakan. Kawasan ini merupakan kesatuan yang selaras antara kegiatan pelestarian lingkungan melalui sistem pendidikan dan rekreasi. Hal ini diwujudkan dalam bentuk draft model pengembangan arboretum yang berkelanjutan.