Model Pengembangan Fasilitas Fisik Pada Lingkungan Buatan (Built-Up Environment) Yang Memberi Kemudahan Kepada Semua Orang Termasuk Penyandang Cacat Dan Lansia Dalam Mewujudkan Pembangunan Kawasan Bebas Kendala.

Kata kunci: lingkungan buatan, penyandang cacat, lansia, kawasan bebas kendala.

Setyaningsih, Wiwik*)
Fakultas Teknik UNS, Penelitian, Dikti, Hibah Pekerti Lanjutan, 2006.
Salah satu isu global pada milenium ketiga yang telah digulirkan oleh dunia internasional dan UNESCAP adalah aksesibilitas. Hal ini bermula pada sebuah kenyataan masih kurangnya fasilitas umum dan lingkungan buatan yang tidak aksesibel (non-handicapping environment). Di Indonesia, penyandang cacat dan lansia cenderung belum mendapatkan perhatian yang memadai dengan terbatasnya penyediaan elemen aksesibilitas yang accessible. Lingkungan buatan yang ada cenderung belum mencerminkan keadilan bagi semua pengguna. Kenyataan ini antara lain disebabkan kurangnya perhatian dari pihak pemerintah maupun swasta serta masih kurangnya kesadaran dan kepedulian tentang aksesibilitas lingkungan, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap terbatasnya aktivitas penyandang cacat dalam bermobilitas (Wiwik, 2005).
Guna menjawab tantangan globalisasi bagi keseluruhan aspek pembangunan termasuk pengembangan lingkungan buatan yang aksesibel, maka sebagai perencana harus mempertimbangkan keberagaman dari potensi penggunanya, termasuk penyandang cacat dan lansia dalam mengakses lingkungan buatan tersebut.
Pada tahun ke dua penelitian yang menggunakan pendekatan partisipatif ini dimaksudkan untuk mengujicobakan model yang telah dirumuskan pada tahun pertama, dengan melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan uji coba serta melakukan penyempurnaan model. Adapun tahapan yang dilakukan dalam mengujicobakan model sebagai berikut : 1) melaksanakan focus group discussion yang dilanjutkan dengan simulation exercise dengan melibatkan representatives dari stakeholders yang terkait; 2) melakukan monitoring, evaluasi dan revisi untuk penyempurnaan desain, 3) melakukan sosialisasi dan gagasan barrier free built environment award.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan uji coba dan penyempurnaan model pengembangan elemen aksesibilitas pada lingkungan buatan yang aksesibel untuk penyandang cacat dan kelompok masyarakat yang berkebutuhan khusus dapat berjalan dengan lancar serta mendapatkan tanggapan dan dukungan positif dari semua peserta. Pelaksanaan uji coba model dalam bentuk simulasi diikuti oleh berbagai stakeholder terkait termasuk pemerintah dan swasta serta masyarakat penyandang cacat. Pelaksanaan uji coba model berupa sosialisasi serta pengenalan gagasan Barrier Free built environment Award secara umum dapat dikatakan berhasil dan dapat berjalan dengan lancar meskipun terdapat beberapa kendala seperti waktu penyempurnaan desain harus disesuaikan dengan setting yang ada, serta proses perijinan yang rumit.
Pelaksanaan uji coba model sebagai wahana sosialisasi barrier free built environment sebaiknya dilaksanakan secara terus menerus oleh berbagai pihak terkait untuk mewujudkan lingkungan buatan bebas kendala yang dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat. Oleh karena itu hasil penelitian ini akan direkomendasikan kepada berbagai pihak termasuk pemerintah daerah (Kabupaten/Kota) serta pemerintah propinsi dan pemerintah pusat selaku fasilitator dan pihak-pihak swasta sebagai pelaku pembangunan.