Perakitan Paket Teknologi Pengelolaan Hama Terpadu Dalam Upaya Mengembalikan Kubis Sebagai Komoditas Unggulan Di Karanganyar

Kata kunci : plasmodiophora brassicae, akar gada, PHT

Sholahuddin; Kamilah H., Maidatun; Wijayanti, Retno; Hadiwiyono; Widono, Salim

LPPM UNS, Penelitian, DP2M, Hibah Kompetitif Penelitiian Strategis Nasional, 2009

Sejak 1990an, penyakit Akar Gada yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae Wor. telah menjadi penyakit yang merusak kubis di Karanganyar, Jawa Tengah. Di lapangan, insidensi penyakit Akar Gada pada kubis dapat mencapai 100% sehingga petani gagal panen. Penyakit ini telah menyebabkan kubis hilang sebagai komoditas unggulan di daerah tersebut. Sampai sekarang, petani takut untuk menanam kubis. Oleh karena itu, revitalisasi kubis sebagai komoditas unggulan di Karanganyar diperlukan. Secara teori Akar Gada dapat dikendalikan melalui pengelolaaan hama terpadu (PHT). Artikel ini melaporkan evaluasi PHT Akar Gada yang dilaksanakan petani binaan pada penanaman kubis. Sepuluh unit plot PHT kubis telah dilakukan oleh 30 petani binaan pada lahan terkontaminasi ringan dan berat di Argoyoso dan Tawangmangu, Karanganyar. Semua petani mempraktikkan pengendalian Akar Gada dengan teknik bertanaman kubis yang direkomendasikan, seperti penggunaaan bibit sehat, pemberian pupuk organik/kompos, pupuk kimia berimbang, pembumbunan, pengelolaaan air, dan pengelolaan gulma. Komponen utama yang yang diterapkan pada lahan terkontaminasi berat adalah rotasi tanaman dengan padi sawah pada lahan datar, fungisida kimia seminggu sebelum tanam yang diikuti dengan aplikasi fungisida nabati. Pada lahan terkontaminasi ringan, Akar Gada dikendalikan dengan menggunakan trap crop (Caisin) atau decoy crop (Tagetes patula L.) sebelum tanam, tanam tumpangsari, dan atau pengendalian hayati. Pengendalian hayati menggunakan Trichoderma dan plant growth promoting bacteria (PGPR). Pestisida nabati yang digunakan adalah Tithonia diversifolia Gray atau Tagetes patula L. yang diaplikasikan dengan penyiraman pada pangkal batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Akar Gada pada tanaman kubis dapat dikendalikan dengan implementasi paket PHT dengan praktik bertanam yang baik sebagai komponen dasar dan beberapa komponen utama apabila diperlukan. Adapun komponen utama PHT yang dianjurkan untuk diterapkan adalah rotasi tanaman dengan padi sawah. Apabila rotasi tanaman padi tidak dapat dilaksanakan karena lahan terlalu miring, maka fungisida kimia seperti flusulfamide dan borax dapat digunakan sebelum tanam. Pengedalian hayati dengan Trichoderma, PGPR, dan dengan pestisida nabati dari ekstrak daun T. patula or T. diversifolia dianjurkan digunakan karena dapat menurunkan insidens penyakit dan atau toleransi tanaman terhadap Akar Gada pada lahan terkontaminasi ringan.