PERAN POHON DALAM PERLINDUNGAN KAWASAN KONSERVASI DAS BENGAWAN SOLO: MODEL KEPADATAN TAJUK SEBAGAI DETEKSI AWAL PENCEGAHAN KERUSAKAN PERMUKAAN TANAH

Kata kunci : DAS Bengawan Solo, hidrologi, konservasi

Budiastuti, MTh Sri; Sumani*)
LPPM UNS, Penelitian, DP2M, Hibah Bersaing, 2009

Salah satu manfaat perlindungan kawasan konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah jaminan terhadap kontinyuitas fungsi hidrologi sebagai penyangga ekosistem. Berbagai penelitian konservasi telah banyak dilakukan namun belum banyak ditemukan penelitian-penelitian tentang seberapa besar kontribusi pohon khususnya tajuk dalam mendukung kinerja sistem hidrologi. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi karakter tajuk beberapa pohon yang berperan memberikan kontribusi pada perlindungan permukaan tanah, kemudian menemukan model untuk estimasi kepadatan tajuk sebagai suatu pendekatan terhadap deteksi awal kendali kekuatan tetesan air hujan yang mempengaruhi tingkat kestabilan tanah. Penelitian dilaksanakan di DAS Bengawan Solo wilayah Jawa Tengah dari bulan Nopember 2008 hingga Mei 2009, menggunakan metode survei pada beberapa jenis pohon yang berumur sekitar 25 tahun yaitu Jati (Tectona grandis L), Pinus (Pinus mercusii L) dan Mahoni (Swietania mahagoni L). Sepuluh pohon untuk masing-masing jenis dipilih secara purposive random dan dilengkapi dengan alat pengukur aliran batang dan lolos tajuk. Tinggi tajuk dan tinggi pohon menentukan jumlah cabang dalam arti bahwa pertambahan tinggi tajuk maupun tinggi pohon menentukan peningkatan jumlah cabang dan tercermin dari nilai R2 yang lebih dari 0,50. Tinggi tajuk dan jumlah cabang disertai dengan lebar tajuk dipakai sebagai dasar pembentukan model kepadatan tajuk yang disebut indeks kepadatan tajuk (IKT). Diantara ketiga pohon bercabang, Pinus merupakan pohon dengan kepadatan tajuk terbesar diikuti Mahoni dan Jati dengan peringkat dibawahnya (berturut-turut 0,87, 0,50 dan 0,23). Dalam kondisi curah hujan yang sama (20,48 mm.hari-1) baik tajuk Mahoni maupun Pinus menyebabkan kuantitas tetesan air hujan yang 6-7 mm lebih rendah daripada tajuk Jati (8,18 dan 7,25 dibandingkan dengan 14,82 mm). Ini mencerminkan kemampuan yang baik dari tajuk Pinus (IKT tertinggi) dalam mengendalikan kecepatan tetesan air hujan. Dengan demikian IKT dapat digunakan sebagai alat bantu penentu peran pohon dalam pencegahan kerusakan permukaan tanah.