Pemantauan Dan Pengelolaan Tanah Longsor Di Dusun Guyon Desa Tengklik Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

Kata kunci : dormant, alat pemantau, drainase, pohon pinus

Darsono; RI, Sulastoro; Widijanto, Hery*)
LPPM UNS, Pengabdian, DP2M, Penerapan Ipteks, 2009

Tanah longsor yang terjadi pada tanggal 27 Desember 2007 di Dusun Guyon Desa Tengklik Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar telah menyebabkan 27 rumah rusak berat dan ringan sehingga penduduk sebanyak 33 KK atau 170 jiwa harus diungsikan. Peristiwa tanah longsor tersebut telah menyebabkan Dusun Guyon mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi untuk mengalami longsor lagi karena longsoran yang terjadi bersifat dormant, berhenti sementara, suatu saat kalau ada gaya yang memicu akan mudah bergerak lagi. Longsoran di Dusun Guyon tersebut harus dipantau terus pergerakannya mengingat tanah longsor yang terjadi pada tahun 2007 telah menyebabkan penurunan tanah sebesar 20 cm telah bergerak turun hingga mencapai 260 cm pada Agustus 2009. Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat Dusun Guyon dalam memantau dan mengelola tanah longsor sehingga dapat melakukan tindakan antisipasi untuk meminimalkan jatuhnya korban apabila tanah longsor masih terus terjadi. Ipteks yang diterapkan di dalam kegiatan pemantauan tanah longsor ini adalah teknologi tepat guna yang dapat dengan mudah diterima dan dibuat atau dilaksanakan masyarakat Dusun Guyon. Bahan utama pralon dan peralatan yang dipakai di dalam kegiatan pembuatan alat pemantau ini mudah diperoleh di toko bahan bangunan dengan harga yang relatif murah. Pengelolaan daerah yang rawan longsor dapat dilakukan dengan teknik sederhana yaitu : (1) mengatur saluran pembuangan air sehingga air tidak mengalir masuk ke daerah yang pernah atau rawan longsor, (2) mengolah lahan tegalan untuk bertanam sayur dengan penyiraman air secukupnya dan menghindari pengairan dengan system dioncori dan (3) melakukan penanaman pohon pinus yang akar-akarnya akan berfungsi sebagai jangkar di dalam tanah dan menurunkan kadar air dari dalam tanah melalui proses evapotranspirasi. Hingga pertengahan bulan Desember 2009 alat pemantau tidak menunjukkan adanya gerakan tanah longsor. Hal ini diduga karena curah hujan yang datang sejak pertengahan bulan Nopember 2009 hingga pertengahan bulan Desember 2009 belum mampu menjenuhkan air dan proses infiltrasi air hujan belum mencapai bidang gelincir yang terletak pada kedalaman 13 – 15 meter.