Identifikasi Dan Seleksi Keragaman Tanaman Pranajaya (Sterculia Foutida Linn.) Serta Teknologi Perbanyakan Tanaman Secara In Vitro Untuk Penyediaan Bahan Baku Biofuel

Kata kunci : Sterculia Foutida Linn, In Vitro, Biofel

Endang Yuniastuti, Titin Handayani, Djati Waluyo Djoar
LPPM UNS, Penelitian, KRT, Program Insentif Riset Dasar, 2009

Pranajiwa (Sterculia foetida Linn.) atau lebih sering dikenal dengan nama Kepuh merupakan salah satu spesies tanaman di Indonesia yang berasal dari Afrka Timur, Asia Tropik dan Australia, Tanaman ini berupa pohon yang cukup besar dengan tinggi mencapai 30 meter. Tanaman Pranajiwa atau Kepuh dapat tumbuh dengan cepat dan merupakan spesies yang setiap bagian organ tubuhnya banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia, Menurut Tirto Prakoso, dkk (2006) dan Suprapto (2003), biji Pranajiwa atau kepuh mengandung minyak nabati yang terdiri atas asam lemak yaitu asam sterfculat yang berumus molekul C19H34O2. Asam lemak ini dapat digunakan sebagai ramuan berbagai produk industri seperti kosmetik, sabun, shampoo, pelerabut kain, cat dan plastik, Asam lemak minyak Pranajiwa atau kepuh juga dapat digunakan sebagai zat adaptif biodiesel yang memiliki titik tuang I8oC menjadi 11,25°C (Lolita Anggraini, 2005). Secara ekologis tanaman Pranajiwa juga berfungsi sebagai mikro habitat terhadat hewan tertentu. Agista dan Rubiyanto (2001), melaporkan bahwa burung kakak tua jambul kuning (Cacatua subphurea parvula) yang dilindungi di Taman Nasional Komoda (Pulau Komodo) menggunakan pohon Pranajiwa sebagai sarangnya. Pohon Pranajiwa juga berfungsi sebagai pengatur siklus hidrologi karena akarnya dapat menahan air tanah dengan kapasitas yang cukup besar (Djalai Tandjung, 2000). Walaupun Pranajiwa merupakan tanaman yang banyak bermanfaat bagi kehidupan, namun tanaman ini sekarang sudah jarang ditemukan. Yuniastuti (2008), menyatakan bahwa kehidupan Pranajiwa di Indonesia dan di Jawa Tengah khususnya merupakan tanaman yang tergolong sangat langka dan perlu penanganan pelestarian serius. Faktor yang menyebabkan kelangkaan Pranajiwa dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berupa perubahan dan pemusnahan habitat misalnya, terjadinya pembabatan hutan untuk lahan pertanian, pembangunan permukiman yang berkembang cepat sehingga banyak tanaman kepuh yang ditebang untuk keperluan tersebut (Yuniastuti, 2008). Secara internal kepuh sulit berkembangbiak secara generatif karena biji Pranajiwa berkulit tebal sehingga sulit berkecambah dan mengalami dormansi (Sutopo, 2002). Namun pada pembibitan tanaman pranajiwa yang dilakukan Yuniastuti (2008) dengan melakukan perendaman air hangat (suhu + 45 °C) selama 5 – 10 jam akan membantu pematahan dormansi biji pranajiwa yang keras mengalami pelunakan, sehingga biji pranajiwa akan dapat segera berkecambah pada hari ke-3 setelah tanam.
Perbanyakan tanaman Pranajiwa selama ini belum banyak dilakukan atau sama sekali belum dilakukan. Hal ini berkaitan dengan kurangnya informasi mengenai tanaman Pranajiwa . Untuk menanggulangi kepunahan Pranajiwa perlu usaha pelestarian terhadap spesies tanaman tersebut, baik secara in-situ maupun ex-situ. Pada penelitian ini secara khusus akan dilakukan pelestarian secara ex-situ yaitu melalui perkecambahan biji Pranajiwa dengan perlakuan mekanik, khemis dan perendaman biji di dalam air panas. Selain itu penelitian ini juga dilakukan perbanyakan tanaman dengan teknik in vitro. Strategi untuk mendapatkan klon-klon Pranajiwa unggul yang berpotensi menghasilkan minyak Pranajiwa atau minyak Kepuh helum optimal karena keterbatasan informasi genetik tanaman Pranajiwa atau kepuh. Apalagi informasi genetik secara molekuler, sehingga dalam pengembangannya masih jauh dari yang diharapkan. Dengan mengetahui informasi genetik secara morfologi, sitologi dan molekuler, diharapkan akan diketahui serta dihasilkan jenis-jenis baru yang mempimyai sifat unggul dengan rendemen minyak yang tinggi. Tahapan penelitian dimulai dengan melakukan identifikasi tanaman Pranajiwa yang berpotensi untuk dikembangkan khususnya di Jawa Tengah (tahun 2008). Untuk mendapatkan data yang akurat, maka dilakukan identifikasi secara morfologi, sitologi dan molekuler. Data yang diperoleh dianalisa dan selanjutnya diseleksi secara morfologi dan dilakukan analisa kandungan minyak/ rendemen hasil. Seleksi dilanjutkan dengan uji multi musim dan multi lokasi yang ada di Jawa Tengah (2009 – awal 2010). Hasil seleksi tanaman Pranajiwa atau kepuh yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Jawa Tengah diperbanyak secara in vitro untuk mendapatkan bibit tanaman Pranajiwa yang bersifat unggul dalam jumlah banyak dan waktu relatif singkat dibanding perbanyakan cara lainnya (tahun 2008-2009). Tujuan riset ini yaitu: (1) Identifikasi dan karakterisasi morfologi, sitologi dan molekuler tanaman Pranajiwa atau kepuh (Sterculia foetida Linrt.) yang ada di Jawa Tengah, (2008 – 2009) (2) Seleksi untuk mendapatkan tanaman pranajiwa atau kepuh (Stercttlia foetida Linn.) yang memiliki potensi rendemen hasil yang tinggi (>60 %). Selanjutnya dilakukan penanaman uji multi musim dan multi lokasi di wilayah jawa Tengah, (2008 – 2010); (3) Perbanyakan bibit secara in vitro yang diharapkan mampu menjawab permasalahan penyediaan bibit tanaman pranajiwa atau kepuh (Sterculia foetida Linn.) yang bersifat unggul dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat (2008 – 2009). Kegunaan hasil riset antara lain untuk mendapatkan informasi genetik lebih akurat melalui analisis morfologi, sitologi dan molekuler; sehingga dapat menunjang dan mempermudah dalam seleksi tanaman pranajiwa atau kepuh (Sterculia foetida Linn.) yang memiliki potensi hasil tinggi (rendemen minyak lebih 30%) yang akan dikembangkan di Jawa Tengah. Selain itu untuk menghasilkan bibit tanaman Pranajiwa atau kepuh (Sterculia foetida Linn.) yang berkualitas dengan menggunakan teknologi perbanyakan secara in vitro. Di akhir 2009 riset diharapkan menghasilkan minyak pranajiwa sebagai minyak pelumas untuk mesin industri dan mesin kendaraan. Untuk mencapai tujuan riset, maka metodologi yang akan digunakan meliputi beberapa tahapan yaitu: (1) introduksi dan inventarisasi tanaman Pranajiwa atau kepuh (Sterculia foetida Linn.) yang ada di Indonesia khususnya Jawa Tengah sebagai materi genetik yang akan diamati; (2) Identifikasi dan karakterisasi tanaman pranajiwa atau kepuh (Sterculia foetida Linn.) baik secara morfologi, sitologi dan molekuler (menggunakan metode RAPD untuk mendapatkan data-data yang akurat; (3) Seleksi untuk mendapatkan tanaman Pranajiwa atau kepuh (Sterculia foetida Linn.) yang berpotensi menghasilkan rendemen minyak yang tinggi (lebih dari 60 %). Dalam seleksi ini juga dilakukan penanaman dengan uji multi musim dan multi lokasi di Jawa Tengah; (4) Perbanyakan dan pembibitan tanaman pranajiwa atau kepuh (Sterculia foetida Linn.) secara in vitro ; (5) perancangan alat untuk ekstraksi minyak pranajiwa
sebagai bahan baku bio-oil; (6) analisis minyak pranajiwa untuk minyak pelumas mesin kendaraan dan mesin industri dibandingkan dengan minyak pelumas yang ada dipasaran
Hasil penelitian sementara yang telah dilakukan pada tahun kedua antara lain:
a. Pembibitan pranajiwa sudah dihasilkan sekitar 10 000 bibit yang mulai di tanam di beberapa kabupaten lokasi penelitian Wonogiri (melalui dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri); Blora (melalui dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Blora), Grobogan (melalui dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Grobogan) dan Boyolali (melalui dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Boyolali)* Sedangkan untuk Klaten (melalui dinas Kehutanan kabupaten Klaten), Purworejo (melalui dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Purworejo) masih menunggu konfirmasi dari dinas terkait.
b. Kultur in vitro menggunakan eksplan dari meristem dan kotiledone untuk menunjang pembibitan tanaman pranajiwa sudah dilakukan. Sedangkan aklimatisasi masih menunggu sub kultur ketiga dan keempat untuk mendapatkan jumlah bibit yang cukup banyak,
c. Penanaman di beberapa Jokasi penelitian untuk melakukan uji multi lokasi dan multi musim. Selain itu juga untuk melakukan penghijauan di beberapa lokasi di Boyolali, Blora, dan Grobogan dengan tanaman pranajiwa sebagai fungsi ekologis atau konservasi lahan dan juga untuk menyediakan bahan baku energi altematif (Bio oil).
d. Analisis Motekuler menggunakan metode RAPD menunjukkan adanya keragaman pola pita DNA pada tanaman pranajiwa, Perbedaan pola pita DNA pada analisis RAPD tidak menunjukkan perbedaan signifikan terhadap rendemen minyak pranajiwa yang dihasilkan.
e. Alat ekstraksi biji pranajiwa dengan industri rumah tangga yang ada di Colomadu Karanganyar mulai didesain diharapkan sudah selesai prototipenya sehingga tahun ketiga (2010) sudah dapat diterapkan.
f. Pengujian minyak pranajiwa sebagai minyak pelumas sudah dilakukan analisis viscositas titik didih, titik lebus, kemunuan, SE dan syarat lain sebagai minyak pelumas. Di awal tahun ketiga diharapkan sudah selesai pengujian minyak pranajiwa sebagai minyak pelumas (bio-oil) dibandingkan dengan minyak pelumas yang ada di pasaran. Analisis kimia (uji viskositas, titik didih, titik beku. SE, dan Jain-lain) untuk syarat minyak pranajiwa sebagai minyak pelumas sudah dilakukan. Rendemen minyak dari biji pranajiwa antara 60 % – 70 %. Rendemen minyak ini cukup tinggi dan tninyak yang dihasilkan selanjutnya dianalisis proksimat dan analisis standar lainnya. Pada analisis alkaloid, terpen, flavonoid dan steroid semuanya rendah atau tidak ditemukan pada minyak pranajiwa yang dihasilkan.
g. Mulai dilakukan penjajagan kerjasama dengan pihak industri/ swasta dalam pengolahan minyak pranajiwa sebagai bahan baku minyak pelumas. Untuk sementara ada dua instansi yang tertarik mengenai minyak pranajiwa yaitu Pertamina (kabupaten Boyolali) dan PT Pura Kudus,