Ekowisata Lebih Prospektif

Salah satunya kebutuhan manusia adalah kebutuhan rekreatif. Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kualitas hidup, maka dalam perkembangannya kebutuhan rekreasi ini telah banyak mengalami perubahan orientasi. Masyarakat yang semakin peduli terhadap masalah-masalah kerusakan lingkungan dan hancurnya tatanan kehidupan masyarakat tradisional, melirik pada hal-hal yang lebih natural.

Fenomena kejenuhan masyarakat terhadap kehidupan industrialis ini memang tidak terjadi di Indonesia secara umum, hanya masyarakat kota besar seperti Jakarta Surabaya, yang merasakan.

Gerusan industrialisasi yang semakin menghancurkan alam dan tatanan sosial dirasakan sekali masyarakat di negara-negara maju, seperti Amerika, Inggris, Jepang, dll.

Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang masih alami, menjadi salah satu alternatif wisatawan asing untuk melepaskan kejenuhan mereka terhadap hirukpikuk Industrialisasi ini.

”Fenomena kepedulian masyarakat dunia terhadap pengerusakan lingkungan sebagai akibat proses industrialisasi, hendaknya dapat ditanggkap oleh seluruh pelaku pariwisata di Indonesia”. Merupakan ungkapan Dra. Rara Sugiarti, M. Tourism.

Menurut salah satu aktivis Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata (PUSPARI) LPPM UNS ini, ekowisata tidak hanya melulu mengandalkan potensi sumberdaya alam yang alami, tetapi juga potensi-potensi sumberdaya sosial masyarakat lokal yang memiliki lokalitas yang kuat.

Ekowisata yang memang lebih diperuntukkan turis mancanegara ini di Indonesia memiliki potensi yang besar di kembangkan di Indonesia, karena Indonesia sebagai negara yang memiliki keragaman budaya dan juga keragaman flora-fauna menjadi asset yang tak ternilai harganya.

PUSPARI sebagai salah satu Pusat Penelitian dan pengembangan pariwisata telah menjajaki salah satu potensi ekowisata di Gunung Halimun (Jawa Barat) berdasarkan temuan penelitian tersebut kawasan Gunung Halimun ternyata memiliki potensi ekowisata yang besar dan sangat luarbiasa, selain potensi alam yang besar, masyarakat Gunung Halimun yang masih belum banyak berinteraksi dengan modernitas menjadi potensi pariwisata yang menarik, khususnya bagi wisatawan mancanegara. Kekayaan alam dan keragaman budaya seperti di Gunung Halimun, di Indonesia masih banyak yang masih belum terekspos ke publik.”Yang paling penting pengembangan pariwisata ini jangan sampai merusak ekologi lingkungan dan ekologi sosial masyarakat setempat” demikian pesan Dosen fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) UNS tersebut.