Kata kunci: interpretasi, folkfor, sapta pesona, sadar wisata.
Sugiarti, Rara; Sutirto, Tundjung W.; Radjiman*)
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Penelitian, Dikti, Hibah Bersaing Lanjutan, 2006.
Hasil penelitian multi-year tentang Pengembangan Interpretasi Folklor Objek Wisata untuk Meningkatkan Kualitas Sadar Wisata Masyarakat Kabupaten Grobogan menunjukkan bahwa kualitas sadar wisata masyarakat Kabupaten Grobogan masih relatif rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai indikator antara lain seperti belum terciptanya Sapta Pesona di beberapa objek wisata. Di samping itu dalam kaitannya dengan folklor atau cerita rakyat, sebagian besar masyarakat di daerah tersebut, termasuk mereka yang bertempat tinggal di sekitar objek wisata tidak mengerti dan tidak memiliki pemahaman terhadap cerita rakyat di daerah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mereka belum memiliki sense of belonging terhadap khasanah budaya sendiri. Sementara dari identifikasi folklor diketahui bahwa Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten yang memiliki kekayaan folklor yang luar biasa karena Kabupaten Grobogan yang memiliki nama lain Purwodadi merupakan daerah asal-usul pembentuk kebudayaan Jawa. Kata Purwodadi berasal dari kata purwo yang berarti awal dan dadi yang berarti jadi. Dengan demikian kata Purwodadi berarti awal kejadian. Dalam konteks ini berarti awal atau asal-usul terjadinya atau terbentuknya kebudayaan Jawa. Apabila dilihat dari silsilahnya, dari Grobogan lah lahir Kerajaan Mataram yang kemudian menurunkan Raja-raja Karaton Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Identifikasi cerita rakyat tersebut merupakan salah satu hasil penelitian tahun pertama. Penelitian tahun ke-dua dititikberatkan pada pembentukan model interpretasi folklor objek wisata di Kabupaten Grobogan. Model yang dihasilkan pada tahun ke-dua disebut model Interpretasi Pariwisata Berbasis Masyarakat (IPBM) atau dalam Bahasa Inggris dinamakan Community Based Tourism Interpretation (CBTI). Model tersebut antara lain menggarisbawahi pentingnya peran pemandu wisata lokal untuk menyampaikan interpretasi folklor atau cerita rakyat di daerahnya, yang merupakan daerah tujuan wisata atau objek wisata. Perumusan model dilakukan melalui beberapa metode, antara lain metode diskusi kelompok terarah (FGD) dan wawancara, yang melibatkan seluruh elemen pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata di Kabupaten Grobogan, termasuk pemerintah, swasta dan masyarakat. Hal ini antara lain didasarkan pada pentingnya mengutamakan keterlibatan dan partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam menyusun perencanaan, pengembangan, pembangunan, pemantauan dan penilaian, termasuk juga partisipasi mereka dalam merumuskan model yang digunakan untuk melestarikan folklor dan sekaligus mengembangkan atraksi wisata yang dapat menjadi magnet yang kuat untuk menarik wisatawan agar mengunjungi objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Grobogan.
Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas sadar wisata dengan memanfaatkan interpretasi folklor lokal yang menggambarkan daerah yang mereka miliki. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah terwujudnya model interpretasi folklor sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas sadar wisata masyarakat Kabupaten Grobogan. Untuk mencapai tujuan jangka panjang dan tujuan khusus tersebut maka penelitian ini direncanakan dalam tahapan-tahapan, dimulai dari tahap pertama yang dilakukan pada tahun pertama dengan melakukan analisis potensi folklor untuk menjadi sarana interpretasi wisata. Tahap kedua (tahun ke-dua) adalah merumuskan model interpretasi folklor yang sesuai. Sedangkan tahap ketiga (tahun ke-tiga) adalah mendiseminasikan model interpretasi folklor obyek wisata Kabupaten Grobogan.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Grobogan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki banyak obyek dan daya tarik wisata (ODTW) potensial yang bernuansa folklor lokal yang sangat kental yang dapat dikembangkan untuk mendukung pengembangan pariwisata dan perekonomian wilayah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Populasi penelitian adalah semua elemen pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata di Kabupaten Grobogan termasuk pemerintah, swasta (pengusaha bisnis pariwisata), serta asosiasi terkait dan masyarakat setempat. Teknik cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan snowball. Sumber data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer berupa informant yang terdiri atas perwakilan dari berbagai unsur stakeholders pariwisata. Data sekunder berupa berbagai dokumen yang relevan. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik termasuk wawancara mendalam (in-depth interview) dan metode simak (document study).
Diseminasi model interpretasi folklor obyek wisata Kabupaten Grobogan dimaksudkan untuk menyebarluaskan atau mensosialisasikan kepada masyarakat pariwisata atau stakeholder pariwisata tentang model yang telah dirumuskan pada tahun ke-dua. Adapun model yang telah dirumuskan pada tahun ke dua adalah model interpretasi pariwisata berbasis masyarakat, khususnya masyarakat pemandu wisata atau pramuwisata lokal di Kabupaten Grobogan. Hal ini dikarenakan untuk melestarikan dan merevitalisasi folklor obyek wisata diperlukan adanya rasa memiliki oleh masyarakat pemilik folklor itu sendiri. Selama ini masyarakat pemilik folklor belum menunjukkan sikap bahwa mereka adalah pemilik folklor yang berkewajiban untuk melestarikan dan sekaligus merevitalisasi folklor yang mereka miliki. Oleh karena itu di dalam pelaksanaan diseminasi model interpretasi folklor obyek wisata di Kabupaten Grobogan, peran masyarakat setempat sangat besar. Kegiatan diseminasi model interpretasi folklor obyek wisata Kabupaten Grobogan terdiri atas sosialisasi model, simulasi model dan gladi lapang yang masing-masing disertai dengan monitoring dan evaluasi yang dimaksudkan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan model yang telah dihasilkan.