Perumusan Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan dan Pelestarian Hutan Pasca Bencana Longsor di Pedesaan Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar

Kata kunci: pemberdayaan masyarakat, pelestarian hutan, bencana longsor, peternakan sapi potong

Chamdi, Achmad Nur; Setyono, Prabang; Sari, Ayu Intan; Emawati, Shanti*)
LPPM UNS, Penelitian, DP2M, Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional, 2009

Tujuan penelitian ini untuk: (1) mengetahui bagaimana potensi pengembangan pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan di sekitar hutan di pedesaan Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar, (2) merumuskan model pemberdayaan masyarakat seperti apa yang efektif atau sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat sekitar kawasan hutan yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan; (3) mengetahui bagaimana kondisi modal sosial (social capital), modal manusia (human capital) masyarakat dan modal fisik (physical capital) sekitar kawasan hutan pasca bencana longsor di pedesaan Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar dan (4) mengetahui bagaimana tingkat keterlibatan dan keberdayaan masyarakat dalam proses pemberdayaan sekitar kawasan hutan.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian penjelasan (Explanatory research). Oleh karena pemberdayaan (empowering) adalah untuk masyarakat setempat, sehingga perlu juga digali partisipasi masyarakat setempat secara partisipatif dengan menggunakan berbagai teknik yaitu Metode PRA (Participatory Rural Appraisal), dan RRA (Rapid Rural Appraisal). Penelitian ini melibatkan tiga desa di Kecamatan Jatiyoso, yang melibatkan 100 sampel responden. Data yang dihimpun dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu: pengamatan, wawancara, dokumentasi, dan focus group discussion (FGD).
Model pemberdayaan masyarakat seyogyanya dirumuskan dari gabungan atau perpaduan antara faktor modal fisik (skor 49), modal manusia (skor 63), modal sosial (skor 47), kemampuan pelaku pemberdayaan (skor 48) dan proses pemberdayaan (skor 46) dapat direalisasikan. Tujuannya adalah untuk menciptakan masyarakat yang berdaya, berkekuatan dan berkemampuan dalam menolong dirinya sendiri.
Rumusan model pemberdayaan masyarakat yang berpotensi menguatkan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas faktor-faktor tersebut, sehingga tujuan utamanya agar hutan dapat dikelola dengan baik dan kelestarian hutan juga dapat terjaga. Bentuk model yang dirumuskan dalam upaya pengelolaan dan pelestarian hutan pasca bencana longsor di daerah pedesaan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar adalah Model Sistem Integrasi Tanaman-Peternakan (Crop-Livestock System Model). Adapun rekomendasi usaha peternakan rakyat yang diupayakan untuk dijalankan usahanya adalah usaha peternakan sapi potong. Hal ini cukup beralasan karena usaha peternakan sapi potong rakyat mempunyai kekuatan yang baik dalam pengembangannya, dan memberikan multiplier effect yang luas sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan total (TR) rata-rata sebesar Rp.39.900.025,00 tiap peternak per satu masa penggemukan ternak sapi potong, sedangkan biaya totalnya (TC) rata-rata Rp.34.270.564,80 tiap peternak per satu masa penggemukan ternak sapi potong, dengan tingkat keuntungan (π) yang diperoleh tiap peternak dalam satu kali masa penggemukan ternak sapi potong sebesar Rp.5.629.460,20 dan nilai R/C Ratio 1,2.